Powered by Blogger.

Saturday, September 7, 2013

Saya di Antara Dua Meja Kerja

Salam,,

Hmmmmhhh....selalu suka dengan aroma sabtu pagi. Ditambah lagi sisa-sisa bau gerimis di subuh ini. Subhanallah...such a perfect morning!

Weekend pagi adalah salah satu momen yang selalu saya tunggu-tunggu setiap minggunya. Bangun pagi, sholat subuh, tilawah, buka jendela, buka laptop, baca-baca artikel dan website/blog favorit, lalu....ngeblog! ^^ Sementara itu, biasanya suami masih gegoleran di samping sambil sibuk dengan channel berita paginya. Sarapan pagi? Ah...ini masih terlalu pagi untuk memasukkan makanan ke tubuh. Cukup air putih atau buah, :D

Bicara tentang akhir pekan, benar-benar ya, sabtu ini adalah sabtu yang paling dinanti di antara sabtu-sabtu sebelumnya. Secara, seminggu ini banyak sekali deadline kantor di samping deadline-deadline lain yang menunggu sebelum ambil cuti. FYI, saya adalah working wife yang alhamdulillah sekarang sudah memasuki kehamilan bulan ke-8. Rasanya....subhanallah ya, antara memenuhi kewajiban sebagai istri, sebagai staf di bagian Neraca Analisis, dan tentu saja sebagai calon ibu yang tetap harus menjaga kesehatan si kecil di dalam perut. Semuanya harus maksimal supaya semakin berkah. Tapi...sebenarnya ada lagi satu hal yang tidak bisa saya tinggalkan begitu saja, yaitu memenuhi passion saya dalam hal crafting dan jahit-menjahit. Dan di sinilah dilema mulai melanda... #tssah

Sudah sejak kecil saya sangat menggemari segala hal tentang 'kreatif' walaupun masih sangat jauh dari 'menjadi seorang kreatif'. Dan semua itu adalah buah didikan tangan seorang ibu rumah tangga yang sering memperlihatkan pada anaknya cara menggunting, menjahit, membuat bunga dari pita jepang, membuat hiasan kamar mandi dari sabun, dll. 

Sampai akhirnya saya merantau pun, tidak pernah bisa lepas dari kegiatan itu. Hingga suatu hari, tibalah saat dimana passion saya semakin meningkat karena kebanyakan nganggur setelah lulus kuliah. Ya, sebut saja 'moratorium', dimana impian untuk langsung diangkat menjadi PNS harus tertunda selama setahun. Tapi sungguh alhamdulillah selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Dari sanalah saya bisa semakin menekuni passion kreatif yang selama kuliah mungkin tidak terlalu tersentuh. 

Dari uang hasil kumpul-kumpul honor magang, saya belikan mesin jahit mini portable untuk membuka bisnis kecil-kecilan. Bisnis itu memang sudah berjalan sebelumnya dengan bermodal jahit tangan. Tapi ternyata tuntutan pesanan dan waktu semakin mendorong keinginan untuk beli mesin jahit. Jujur saja profit yang masuk memang tidak terlalu besar, tapi bisa memenuhi passion saya itu jaaauuuhh lebih memuaskan. Apalagi kalau orderan yang saya buat banyak disukai. Rasanya pengen buat teruuussss...hihi

Lalu tibalah saatnya saya memutuskan untuk memenuhi separuh dien dan bersamaan dengan itu pula saya mulai ditempatkan di sebuah meja kerja yang jauh berbeda dengan meja kerja saya sebelumnya. Ya, saya yang sebelumnya berhadapan dengan meja kerja yang dipenuhi kain motif, benang, renda, dll tiba-tiba harus berhadapan dengan meja kerja isi laptop dan di sana-sini buku-buku tebal (ketahuan pas magang tidak pernah dikasih kerjaan :p).

Meja Kerja1
Meja Kerja2

Di masa awal-awal saya pernah curhat sama suami, "Sepertinya saya ndak cocok kerja di kantor, kak". "Kenapa?". "Nggak tahu, nggak suka aja. Lebih seneng sibuk sama jahit-menjahit kayak dulu". Lalu suami perlahan bilang, "Medya, kalau bukan karena kita terikat kontrak ikatan dinas dan kalau saja ada uangku untuk membayar resign, mauku kamu di rumah aja. Ngurus rumah sambil bisnis yang tidak memberatkan begitu saya senang malah. Tapi bagaimana lagi, sabar saja ya. Jangan bilang ndak suka dulu karena bagaimanapun kita sudah terikat di sana. Sabar ya, kerja dulu sebaik-baiknya  paling tidak untuk delapan tahun ke depan selama masa kontrak. Kalau memang mampu membagi waktu, boleh aja bisnisnya dilanjutin lagi sekarang, malah bagus buat merintis lagi di sini. Siapa tahu kan jadi bisnis besar dan kita ndak perlu bergantung kerja sama orang lain. Malah kita yang membuka lapangan kerja buat orang lain. Sabar sedikit ya.."

Dan...itulah sang suami. Sedikit pencerahan darinya membuat saya lega dan menyadari siapa saya hari ini. Semuanya harus tetap disyukuri dan dilakukan sebaik-baiknya. Karena apa? Karena AMANAH. Jadi kalau ditanya antara meja kerja yang ini atau yang itu? Kini saya mantap untuk tidak memilih. Dua-duanya adalah milik saya dan saya yakin semua bisa terpenuhi asal pandai memanage waktu. Dan setelah berjalan sekian bulan, memang terbukti kalau dijalani dengan senyuman terpenuhilah semuanya. Saya tetap bisa belanja sehari-hari, masak untuk suami, mencuci, menjaga kesehatan diri dan si kecil, memenuhi deadline kantor, dan...nge-craft di akhir pekan. Sumpah, memang puas sekali kalau semua bisa terpenuhi. Kuncinya adalah ikhlas dan melakukan segala hal karena Allah...

Happy Weekend! ^^


2 komentar:

Tina (EYECANDIE) said...

wahhhh,,, medyaa cerita ini sama persis kayak akuuuu.. bedanya aku belum menikah,,:)

Unknown said...

Iyakah Tina? Wahh...kukira aku aja yang pernah ngalamin dilema kayak gini. Jadi kesimpulannya menikah bukanlah faktor penyebab kegalauan semacam ini ya, hihi

Makasi udah main2 kesini Tina... :)

Post a Comment